Perang Gaza Beri Ancaman Bumi, Goldman Beri Warning Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan Israel ke wilayah Gaza, Palestina, untuk menyerang milisi Hamas terus menimbulkan ancaman baru bagi dunia. Ini disebabkan efek kolateral yang terjadi pasca konfrontasi mematikan itu.

Hamas tergabung dalam sebuah pakta yang disebut dengan Aliansi Perlawanan yang disokong Iran. Selain Hamas, ada juga kelompok Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, serta beberapa milisi sokongan Teheran di Suriah dan Irak yang masuk dalam aliansi itu.

Eskalasi kemudian memuncak dengan adanya serangan-serangan yang juga dilakukan oleh Hizbullah dan Houthi ke pihak Israel. Hizbullah diketahui telah meluncurkan roket ke Negeri Yahudi itu semata-mata untuk memaksa Tel Aviv menghentikan serangannya ke Gaza, wilayah Palestina yang dikuasai Hamas.

Dari Selatan, Houthi melancarkan serangan ke beberapa kapal dagang yang diduga memiliki kaitan dengan Israel yang melintasi Laut Merah. Ini merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina dalam pertempuran Tel Aviv melawan Hamas di Gaza.

Hal ini pun telah menimbulkan efek global. Ini disebabkan strategisnya Timur Tengah di panggung perdagangan internasional global, dengan wilayah itu dikenal sebagai pusat produksi migas dunia.

Dalam sebuah wawancara, kepala divisi perminyakan Goldman Sachs, Daan Struyven, mengungkapkan adanya ancaman bahwa harga minyak akan meningkat dua kali lipat. Ia menyebut ini bisa terjadi bila Houthi memulai serangan di Selat Hormuz, yang merupakan pintu masuk ke Dunia Arab melalui Teluk Persia.

“Laut Merah adalah jalur transit dan gangguan berkepanjangan di sana, harga minyak bisa tiga atau empat dolar lebih tinggi,” pungkasnya dikutip Oil Price, Senin (8/1/2024).

“Namun jika terjadi gangguan di Selat Hormuz selama sebulan, harga (minyak) akan naik sebesar 20% dan bahkan bisa berlipat ganda jika gangguan di sana berlangsung lebih lama,” ujarnya.

“Kiamat” Kontainer Menanti

Selain minyak, sistem logistik dunia pun juga ikut terganggu. Beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) memilih untuk menghindari perairan Laut Merah, yang mengakomodir 15% perdagangan dunia, akibat serangan Houthi.

Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika, meski waktu tempuh bertambah yang juga ikut meningkatkan ongkos pelayaran.

Ini pun akhirnya berdampak pada kenaikan tarif pengiriman. Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat pada minggu ini menjadi di atas US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.

Tarif dari Asia hingga Pantai Timur Amerika Utara juga meningkat sebesar 55% menjadi US$ 3,900 (Rp 60 juta) per kontainer berukuran 40 kaki. Harga di Pantai Barat naik 63% menjadi lebih dari US$ 2.700 (Rp 42 juta).

“Tekanan rantai pasokan yang menyebabkan inflasi bersifat ‘sementara’ pada tahun 2022 mungkin akan kembali terjadi jika masalah di Laut Merah dan Samudera Hindia terus berlanjut,” kata Larry Lindsey, kepala eksekutif firma penasihat ekonomi global Lindsey Group, kepada CNBC International.

Selain itu, penghambatan ini akan meningkatkan penundaan dan meningkatkan biaya bagi pengecer seperti Walmart, IKEA, dan Amazon, serta produsen makanan seperti Nestle dan pedagang grosir termasuk Lidl.

“Hal ini tampaknya merupakan hal yang normal baru, gelombang kekacauan yang tampaknya naik dan turun. Sebelum Anda kembali ke tingkat normal, peristiwa lain terjadi yang membuat segalanya menjadi kacau,” kata Jay Foreman, CEO dari perusahaan mainan, Basic Fun, yang mengirimkan mainan dari pabrik di China ke Eropa dan AS. https://selerapedas.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*