Heboh Wings dan Djarum Group Hengkang dari IKN, Siapa Pemiliknya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Wings Group dan Djarum Group sedang dihebohkan terkait isu hengkang dari proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Kedua perusahaan tersebut dikabarkan hilang dari jajaran investor yang akan menanamkan modalnya di kawasan Kalimantan Timur tersebut.

Namun, kabar tersebut dibantah oleh masing-masing manajemen. Wings Group maupun Djarum Group mengaku masih ada pada konsorsium pembangunan Botanical Garden di IKN.

Di balik bisnis kedua perusahaan tersebut tentunya tak terlepas dari sosok yang membangun perusahaan sejak awal. Harjo Susanto sukses membangun Wings Group sementara Hartono bersaudara menjadi identitas dari Djarum Group.

Pemilik Wings Group

Harjo Sutanto, pemilik Wings Group, bersama dengan rekannya, Johannes Ferdinand Katuari, Ia memulai bisnis dengan menjual sabun dari rumah ke rumah di Jawa Timur, sekitar lebih dari 60 tahun yang lalu. Mereka menjual sendiri produk ini secara door to door, dari kampung ke kampung. Perusahaan yang mereka rintis diberi nama Fa Wings.

Berawal dari sana, lambat laun mereka pun menjualnya ke warung-warung hingga akhirnya lewat agen. Pada awalnya, mereka cuma memproduksi sabun colek, namun akhirnya juga memproduksi sabun mandi merek GIV yang laku keras.

Kini sabun produksinya itu justru mengantarkannya menjadi orang terkaya Indonesia.

Saat ini, Wings adalah salah satu produsen sabun terbesar di Indonesia. Produknya banyak dijumpai di supermarket dan toko-toko ritel besar lain, sebut saja produknya Nuvo, So Klin, Kodomo, Ciptadent, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, Wings juga memproduksi produk rumah tangga seperti pembersih toilet, deterjen, dan pembalut wanita.

Wings Group juga memproduksi mie instan dengan label Mie Sedaap, yang juga dijual di sejumlah negara di luar Indonesia.

Seiring dengan berkembangnya bisnis waralaba, Wings Group pun memiliki franchise peritel minimarket FamilyMart.

Kemampuan berbisnis Harjo pun menurun ke anak-anaknya. Berdasarkan catatan Forbes, Harjo dan istrinya Yenny Lilian memiliki empat anak, yakni Hanny, Fifi, Handoyo dan Yenny Lillian. Putra tertua Hanny paling aktif dalam bisnis dan merupakan direktur di sejumlah perusahaan yang dioperasikan oleh Wings atau dalam kemitraan.

Sementara itu Fifi memimpin di Ecogreen, anak perusahaan Wings yang aktif dalam produk oleo-kimia. Adapun, ketika JohannesKatuari tutup usia, putra Johannes, Eddy Katuari, mengambilalih kepemimpinan Wings Group pada 2004.

Pemilik Djarum Group

Dalam mencapai kejayaannya, perjalanan Hartono bersaudara tak semudah membalikkan telapak tangan. Semua berawal pada 1951, ketika ayah mereka, Oei Wie Gwan membeli perusahaan rokok sekarat bernama NV Murup. Namun, perusahaan rokok pemilik merek Djarum Gramofon itu ‘diobati’. Merek produk yang awalnya bernama Djarum Gramofon dipangkas menjadi tinggal Djarum saja.

Upaya itu membuahkan hasil. Produk yang dihasilkan perusahaan dan pabrik terus berkembang. Namun sayang, di tengah kegemilangan kinerja itu, musibah datang. Pada 1963, pabrik rokok Djarum terbakar. Yang tersisa hanya pabrik di kawasan Kliwon, Kudus, Jawa Tengah. Oei Wie Gwan meninggal tak lama setelah pabriknya kebakaran.

Tak ingin larut dan meratapi keterpurukan, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono bangkit. Mereka membangkitkan Djarum dengan melakukan berbagai pembenahan manajemen dan peralatan produksi.

Upaya itu memberikan hasil gemilang di mana pada 1965 hingga 1968, produksi rokok yang terjual berhasil tembus 3 miliar batang.

Kesuksesan itu tak lantas membuat mereka berpuas diri. Pada 1973, mereka mulai melebarkan pangsa pasar Djarum hingga ke mancanegara, Amerika Serikat, Arab Saudi, Jepang dan lain sebagainya.

Tak hanya berhenti pada perusahaan rokok, pada 1975, mereka juga melebarkan sayap bisnis ke beberapa industri. Salah satunya, industri elektronik dengan mendirikan PT Indonesian Electronic & Engineering yang kemudian pada 18 September 1976 berubah nama menjadi PT Hartono Istana Electronic lalu merger dan menjadi PT Hartono Istana Teknologi.

Hartono bersaudara juga memutuskan untuk mengambil BCA, dari keluarga Salim yang sudah kehilangan kontrol atas bank itu akibat krisis ekonomi pada 1998-1998.

Lewat proses panjang, Hartono bersaudara melalui konsorsium FarIndo Investments (Mauritius) Ltd dan Farallon Capital Management LLC berhasil menjadi pemegang suara mayoritas perusahaan dengan mengempit 51,15 persen saham BCA.

Hartono bersaudara juga terjun ke bisnis properti dan perhotelan dengan mengelola sejumlah kawasan perkantoran dan hotel mewah yang tersebar di beberapa tempat, antara lain, Grand Indonesia, Hotel Kempinski, Menara BCA dan lainnya.

Grup Djarum juga melebarkan sayap mereka ke sektor e-commerce. Mereka memiliki PT Global Digital Prima Venture yang menaungi Blibli.com, kaskus.co.id, Mindtalk, LintasME, Crazymarket, DailySocial.net.

Terlepas dari kekayaannya, Hartono bersaudara juga memiliki minat besar di bidang olahraga. Misalnya Michael yang menggemari permainan bridge. Ia bahkan pernah menyabet medali perunggu dalam kejuaraan bridge di Asian Games 2018.

Sementara Robert menggemari bulutangkis. Bermula dari sekadar hobi, ia kemudian mendirikan PB Djarum pada tahun 1969.

PB Djarum ini kemudian menelurkan sejumlah pemain bulu tangkis besar seperti Liem Swie King, Alan Budikusuma, dan Haryanto Arbi. https://belajarlahlagi.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*